Tulisan kali ini gw tujukan untuk para WNI Buddhis yang berdomisili di wilayah Kansai. Teman-teman non-Buddhis juga silakan aja kalo mau baca, mungkin bisa menambah keyakinan terhadap agama masing-masing. Dan pasti kalian akan bersyukur masih ada komunitas agama kalian di sini, dibanding kami yang nyari vihara aja setengah mati.
Btw kalo kalian ada yg punya teman beragama Buddha dan tinggal di Kansai, tolong kasitahu tulisan ini ya. Terima kasih sebelumnya.
Mungkin kalian udah baca tulisan gw di blog ini beberapa tahun yg lalu yg berjudul Perjuangan Mencari Vihara di Tokyo (bagian 4). Tulisan tersebut menceritakan perjuangan panjang gw dan teman-teman Buddhis di Tokyo mencari vihara. Gw datang ke Jepang akhir September 2007. Lalu gw dan teman-teman ke sana kemari nyari vihara tapi baru nemu vihara pada akhir Agustus 2011 yaitu Wat Phra Dhammakaya Tokyo dekat Stasiun Machiya. Trus selama 2 tahun gw tiap Minggu ke vihara tersebut. Namun Oktober 2013 gw pindah ke Osaka.
Nah, perjuangan mencari vihara di Kansai dimulai.
Setelah pindah ke Osaka bulan Oktober 2013 itu gw langsung cari informasi tentang vihara ke senior-senior yg tinggal di sini. Tapi mereka nggak ada yg tahu.
Sebenarnya vihara gw yg di Tokyo itu ada cabang juga di Osaka yaitu Wat Phra Dhammakaya Osaka yang terletak dekat Stasiun Senbayashi Omiya. Namun sejujurnya gw pribadi kurang sreg ama vihara tersebut. Selama di Tokyo karena nggak nemu vihara lain, gw bela-belain tiap Minggu ke sana selama 2 tahun padahal sebenarnya kurang sreg. Alasannya adalah sbb:
1. Meditasinya itu mengajarkan ada inti diri. Padahal setahu gw, Sang Buddha mengajarkan anattā.
2. Gw merasa aliran ini terlalu mengkultuskan pendirinya yaitu Luang Pu Sodh Candasaro. Ini beneran sampe dibuatkan patungnya segala. Dan pernah selama beberapa minggu patung Sang Buddha di baktisala itu diganti dengan patung pendiri aliran ini.
3. Bahasa pengantar di vihara ini adalah bahasa Thailand yang tentu saja gw nggak ngerti samasekali. Jadi gw beneran kayak alien baru mendarat di bumi gitu deh kalo datang ke sini. Dulu wkt di Tokyo masih mending ada orang2 Indonesia lain (yaitu teman2 gw), sedangkan di Osaka ini orang asingnya cuma gw doank, sisanya orang Thailand semua. Pernah sih ada orang Jepang 1 orang, trus kayaknya dia nggak datang2 lagi.
Tapi hal-hal di atas adalah masalah preferensi pribadi aja ya. Kalo kalian mau beribadah di sana silakan. Dan terlepas dari rasa kurang sreg itu, bagaimanapun juga gw merasa beruntung masih bisa ke vihara di Tokyo selama 2 tahun.
Kemudian 1 tahun setelah pindah ke Osaka di internet gw nemu info tentang Japan Theravada Buddhist Association yang berpusat di Vihara Gotami di Shibuya, Tokyo.
Gw tuh sebenarnya udah tahu tentang organisasi ini sejak tahun 2009. Tapi karena gw waktu itu belum bisa bahasa Jepang, gw cuma baca website bahasa Inggris yang kayaknya gak di-update. Di website bahasa Inggris itu cuma tertulis bahwa kegiatan vihara ini adalah meditasi tiap Senin atau Selasa (gw lupa harinya) pk 20.00-21.00. Ya nggak mungkin lah gw ikutan soalnya dulu wkt di Tokyo kan gw nge-lab ampe malam bgt, bahkan sering nginap di lab pula. Trus gw pernah dengar dari siapa gitu bhw Vihara Gotami itu adalah vihara Srilanka. Ah, males deh, ntar ujung-ujungnya gw jadi alien lagi kalo ke sana. Jadi selama 6 tahun tinggal di Tokyo gw tidak pernah ke Vihara Gotami.
Balik lagi ke cerita tentang 1 tahun setelah gw pindah ke Osaka di internet gw nemu info ttg Japan Theravada Buddhist Association. Kali ini gw udah “lumayan” bisa bahasa Jepang, jadi bisa nemu website mereka. Hihi….
Gw coba datang ke acara mereka yaitu Kathina bulan Oktober 2014 yang diadakan di Vihara Arana (Kishiwada-shi) bareng seorang teman gw. Viharanya jauh banget bo, gw harus naik kereta 1,5 jam dan jalan kaki hampir 30 menit utk nyampe sana. Isinya ternyata orang Jepang semua. Dan gw cukup kaget karena ini pertama kalinya gw melihat orang-orang Jepang beraliran Theravada. Gw terharu gitu deh jadinya. Di hari itu gw cuma ikut upacara Kathina aja sih, gak sempat ngobrol banyak ama mereka.
Berdasarkan jadwal yg tertulis di website mereka, organisasi ini tuh punya beberapa cabang di wilayah Kansai. Mereka juga punya banyak kegiatan rutin misalnya diskusi Dhamma, meditasi, dan kegiatan tahunan misalnya Waisak, Kathina, dan ceramah umum.
Nah, sejak Oktober 2014 itu gw tiap beberapa minggu sekali selalu ngecek jadwal acara mereka. Jadi gw tahu deh mereka ngadain acara apa aja. Tapi entah kenapa selalu ada aja halangan untuk pergi ke sana. Misalnya ketika mereka ngadain Waisak atau Kathina, gw tuh nge-share info ini di grup KMBIJ and Fans di Facebook tapi jadwal acara2 tsb selalu bentrok dengan gw pindah rumah (FYI, hampir tiap tahun gw pindah rumah). Trus ketika gw mau datang ke acara2 mereka yg lain, tiba2 gw harus ngantor di weekend lah, tiba2 ada acara asrama lah, tiba2 gw sakit lah, tiba2 orang kantor ngajakin hiking lah, dan seribu alasan lain yg terasa absurd kalo diingat-ingat sekarang. Maka selain Kathina 2014 itu cuma dua kali gw datang ke acara mereka yaitu acara diskusi Dhamma di cabang Kyoto tahun 2015 dan acara ceramah umum di Osaka bulan Juli 2018.
Lalu bulan Oktober kemaren gw maksain diri utk ke vihara yg ada di ujung dunia itu. Di hari itu gw ikut acara diskusi Dhamma dengan topik vicikicchā (keragu-raguan). Tapi pas diskusi tuh ada nyerempet2 ttg anattā (tanpa aku). Gw lupa kalimat2nya gimana. Tapi yg pasti gw meleleh. Ya kalian tau sendirilah, di agama2 laen kan diajarin ada roh yg kekal, jd jarang bgt kan org tahu ttg anatta. Bahkan gw sendiri pun sebelum masuk KMB ITB, sebagaimana banyak umat Buddha di Indonesia, menganggap ada roh yg kekal, yg melakukan perbuatan, yg menerima buah dari perbuatannya, yg berpindah di alam2 kehidupan. Makanya gw kaget mereka tahu tentang anatta.
Sejak saat itu gw selalu hadir di acara-acara vihara ini.
Nah, selain mengadakan Waisak dan Kathina, Japan Theravada Buddhist Association cabang Kansai juga mengadakan acara2 rutin berikut ini:
1. Meditasi Bulanan
Acara ini diadakan sebulan sekali yaitu pada Minggu ketiga dari pk 09.30 sampai sekitar pk 19.00 di Vihara Mayadevi (Sanda-shi) dengan susunan acara sbb:
09:30~ baca paritta dan Dhammadesana oleh Bhikkhu Alubomulle Sumanasara
11:30~ persembahan makanan kpd anggt Sangha & istirahat siang
13:30~ pelajaran meditasi utk pemula oleh Bhikkhu Alubomulle Sumanasara dan meditasi mandiri utk yg sdh berpengalaman
Bhikkhu Sumanasara mengajarkan dua macam meditasi yaitu Metta Bhavana dan Vipassana Bhavana. Bagi yang berminat untuk belajar, silakan datang ke acara meditasi bulanan ini. Acara berikutnya adalah 17 Maret 2019.
Gw baru dua kali ikut acara ini. Pesertanya sekitar 100 orang, datang dari berbagai tempat di Kansai, bahkan ada yang dari Nagoya juga. Well, meditasi itu cocok-cocokan sih, ada yg cocok dengan cara A, ada yg cocok dengan cara B. Gw pribadi selama ini sih cocok dengan cara meditasi di vihara ini.
2. Diskusi Dhamma
Acara diskusi Dhamma ini diadakan di beberapa tempat. Jadwalnya bisa dilihat di sini.
a. Kansai Dhamma Circle
Diadakan bergantian di Vihara Mayadevi dan Vihara Arana. Jadwalnya nggak tentu, biasanya hari Minggu 2 minggu sekali. Di acara ini kita nonton bareng video ceramah Bhikkhu Sumanasara lalu mendiskusikannya. Acara berikutnya adalah di Vihara Arana hari Minggu 17 Februari 2019.
b. 視聴会
Ini formatnya sama dengan Kansai Dhamma Circle. Diadakan di Vihara Mayadevi hari Minggu sebulan sekali tapi nggak tentu minggu ke berapa.
c. Kyoto Dhamma Circle
Diadakan oleh cabang Kyoto setiap Sabtu minggu ketiga. Jadwal dan tempat bisa dilihat di sini. Gw pernah ikut acara ini 4 tahun yg lalu. Entah formatnya sekarang masih sama atau nggak. Waktu itu sih kami baca sebuah sutta secara bergiliran lalu mendiskusikannya.
d. Kobe Dhamma Circle
Diadakan oleh cabang Kobe setiap Sabtu minggu keempat. Jadwal dan tempat bisa dilihat di sini. Gw gak pernah ikut yg ini.
Mungkin kalian mikir, kan bisa aja kita nonton sendiri video ceramahnya di Youtube, jadi nggak usah jauh-jauh ke sana. Tapi menurut gw pribadi, keuntungan mengikuti acara diskusi Dhamma ini dibandingkan dengan nonton sendiri di rumah adalah sbb:
– Di acara ini tiap orang diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, insight, ide, pengalaman atau apapunlah yg berkaitan dgn video ceramah yg ditonton. Nah, seringkali kita bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang. Misalnya wkt itu ada umat yg sharing bhw menurut pengalaman dia tuh kalo mau vipassana bhavana, sebaiknya sebelumnya tuh metta bhavana dulu. Soalnya kalo langsung vipassana bhavana, pdhl kitanya belum tenang (alias blm siap), jdnya susah. Trus hal tsb dibenarkan oleh moderator. Moderator ini juga sebelum vipassana bhavana, dia melakukan metta bhavana dulu.
– Di acara ini moderatornya menggunakan bahasa yg sederhana. Gw gak tahu sih apa jangan2 gara2 ada gw (orang asing), jd moderatornya pake bahasa yg sederhana. Anyway, gw jadi lebih mengerti tentang isi video itu setelah didiskusikan rame-rame.
Sekadar sharing, hal yg bikin gw terharu dari vihara ini adalah orang2 yg ikut acara2 diskusi Dhamma itu semuanya tuh ngerti tentang pancakhanda (5 agregat), anattā, dan sebagainya. Gila, gw ampe bengong, ini gw kayak lg acara2 di Keluarga Mahasiswa Buddhis (KMB) ITB belasan tahun yg lalu itu. Ya ampun, selama 11 tahun kemaren gw ke mana aja? SEBELAS TAHUN, bo. Serius, gw mempertanyakan 11 tahun di Jepang tuh gw ke mana aja kok gak nemu mereka, pdhl di Tokyo juga ada cabang mrk dan anggotanya lebih banyak. Terasa absurd memang. Dan mereka semua tuh rutin meditasi sendiri di rumah masing2. Busyet…. jd cuma gw doank yg males-malesan kalo meditasi. Gw jd pengen nangis.
Dan gw merasa menemukan orang-orang yang “satu frekuensi” dengan gw di vihara ini. Bagi yg berteman ama gw di Facebook mungkin pernah baca postingan gw di Facebook berikut ini: “Salah satu hal yg membuat saya memilih mengikuti Sang Buddha sejak dulu adalah ketika Kisa Gotami memohon kepada Sang Buddha untuk menghidupkan kembali anaknya yg telah meninggal, Sang Buddha bukan membangkitkan anak tsb, malah menyuruh Kisa Gotami mencari biji lada dari rumah yg belum pernah mengalami kematian anggota keluarga. Demikianlah Sang Buddha bukan mengabulkan permohonan, melainkan menyadarkan akan realita kehidupan. Maka semoga sampai kapanpun kita tidak memperlakukan Sang Bhagava sebagai dewa tempat memohon, tetapi sebagai guru penunjuk jalan.” Nah, beberapa minggu yg lalu di acara diskusi Dhamma di vihara ini kami sempat nyerempet2 ngomongin Kisa Gotami. Dan bagi mereka pun Sang Buddha bukan tempat memohon melainkan penunjuk jalan.
Oh ya, Vihara Mayadevi buka setiap hari pk 09.00 – pk 17.00 kecuali Selasa dan Rabu. Jadi kalo kalian mau meditasi mandiri atau mau ngapain gitu, silakan datang aja ke sana. Tapi gw saranin sih kalo mau ke sana, mendingan bilang dulu deh, soalnya pegawainya cuma satu orang, jd kalo dia libur atau ada urusan atau sakit, viharanya tutup dengan pemberitahuan dulu di milis.
Begitulah kisah perjuangan gw mencari vihara di Jepang, terutama di Kansai. Sebelas tahun mencari vihara bukan waktu yang singkat menurut gw. Maka gw tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. (*^_^*)V
Oh ya, bagi teman-teman Buddhis, terutama yang tinggal di Jepang, silakan bergabung dengan grup KMBIJ and Fans di Facebook.
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.